WEP Adalah standart keamanan & enkripsi pertama yang digunakan pada
wireless, WEP (Wired Equivalent Privacy) adalah suatu metoda pengamanan
jaringan nirkabel, disebut juga dengan Shared Key Authentication. Shared
Key Authentication adalah metoda otentikasi yang membutuhkan penggunaan
WEP. Enkripsi WEP menggunakan kunci yang dimasukkan (oleh
administrator) ke client maupun access point. Kunci ini harus cocok dari
yang diberikan akses point ke client, dengan yang dimasukkan client
untuk authentikasi menuju access point, dan WEP mempunyai standar
802.11b.
Client meminta asosiasi ke access point, langkah ini sama seperti Open System Authentication.
Access point mengirimkan text challenge ke client secara transparan.
Client
akan memberikan respon dengan mengenkripsi text challenge dengan
menggunakan kunci WEP dan mengirimkan kembali ke access point.
Access point memberi respon atas tanggapan client, akses point akan
melakukan decrypt terhadap respon enkripsi dari client untuk melakukan
verifikasi bahwa text challenge dienkripsi dengan menggunakan WEP key
yang sesuai. Pada proses ini, access point akan menentukan apakah client
sudah memberikan kunci WEP yang sesuai. Apabila kunci WEP yang
diberikan oleh client sudah benar, maka access point akan merespon
positif dan langsung meng-authentikasi client. Namun bila kunci WEP yang
dimasukkan client adalah salah, maka access point akan merespon negatif
dan client tidak akan diberi authentikasi. Dengan demikian, client
tidak akan terauthentikasi dan tidak terasosiasi.
- Masalah kunci yang lemah, algoritma RC4 yang digunakan dapat dipecahkan.
- WEP menggunakan kunci yang bersifat statis
- Masalah initialization vector (IV) WEP
- Masalah integritas pesan Cyclic Redundancy Check (CRC-32)
WEP
terdiri dari dua tingkatan, yakni kunci 64 bit, dan 128 bit. Sebenarnya
kunci rahasia pada kunci WEP 64 bit hanya 40 bit, sedang 24bit
merupakan Inisialisasi Vektor (IV). Demikian juga pada kunci WEP 128
bit, kunci rahasia terdiri dari 104bit.
-
Serangan terhadap kelemahan inisialisasi vektor (IV), sering disebut
FMS attack. FMS singkatan dari nama ketiga penemu kelemahan IV yakni
Fluhrer, Mantin, dan Shamir. Serangan ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan IV yang lemah sebanyak-banyaknya. Semakin banyak IV lemah
yang diperoleh, semakin cepat ditemukan kunci yang digunakan
-
Mendapatkan IV yang unik melalui packet data yang diperoleh untuk
diolah untuk proses cracking kunci WEP dengan lebih cepat. Cara ini
disebut chopping attack, pertama kali ditemukan oleh h1kari. Teknik ini
hanya membutuhkan IV yang unik sehingga mengurangi kebutuhan IV yang
lemah dalam melakukan cracking WEP.
Kedua
serangan diatas membutuhkan waktu dan packet yang cukup, untuk
mempersingkat waktu, para hacker biasanya melakukan traffic injection.
Traffic Injection yang sering dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan
packet ARP kemudian mengirimkan kembali ke access point. Hal ini
mengakibatkan pengumpulan initial vektor lebih mudah dan cepat. Berbeda
dengan serangan pertama dan kedua, untuk serangan traffic
injection,diperlukan spesifikasi alat dan aplikasi tertentu yang mulai
jarang ditemui di toko-toko, mulai dari chipset, versi firmware, dan
versi driver serta tidak jarang harus melakukan patching terhadap driver
dan aplikasinya.
B. Keamanan wireless dengan metode WI-FI Protected Accsess (WPA)
Merupakan rahasia umum jika WEP (Wired Equivalent Privacy) tidak lagi
mampu diandalkan untuk menyediakan koneksi nirkabel (wireless) yang aman
dari ulah orang usil atau ingin mengambil keuntungan atas apa yang kita
miliki—dikenal dengan jargon hackers. Tidak lama setelah proses
pengembangan WEP, kerapuhan dalam aspek kriptografi muncul.
Berbagai macam penelitian mengenai WEP telah dilakukan dan diperoleh
kesimpulan bahwa walaupun sebuah jaringan wireless terlindungi oleh WEP,
pihak ketiga (hackers) masih dapat membobol masuk. Seorang hacker yang
memiliki perlengkapan wireless seadanya dan peralatan software yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis cukup data, dapat
mengetahui kunci enkripsi yang digunakan.
Menyikapi kelemahan yang dimiliki oleh WEP, telah dikembangkan sebuah
teknik pengamanan baru yang disebut sebagai WPA (WiFI Protected Access).
Teknik WPA adalah model kompatibel dengan spesifikasi standar
draf IEEE 802.11i. Teknik ini mempunyai beberapa tujuan dalam desainnya,
yaitu kokoh, interoperasi, mampu digunakan untuk menggantikan WEP,
dapat diimplementasikan pada pengguna rumahan atau corporate, dan
tersedia untuk publik secepat mungkin. Adanya WPA yang "menggantikan"
WPE, apakah benar perasaan "tenang" tersebut didapatkan? Ada banyak
tanggapan pro dan kontra mengenai hal tersebut. Ada yang mengatakan, WPA
mempunyai mekanisme enkripsi yang lebih kuat. Namun, ada yang
pesimistis karena alur komunikasi yang digunakan tidak aman, di mana
teknik man- in-the-middle bisa digunakan untuk mengakali proses
pengiriman data. Agar tujuan WPA tercapai, setidaknya dua pengembangan
sekuriti utama dilakukan. Teknik WPA dibentuk untuk menyediakan
pengembangan enkripsi data yang menjadi titik lemah WEP, serta
menyediakan user authentication yang tampaknya hilang pada pengembangan
konsep WEP.
Teknik WPA didesain menggantikan metode keamanan WEP, yang menggunakan
kunci keamanan statik, dengan menggunakan TKIP (Temporal Key Integrity
Protocol) yang mampu secara dinamis berubah setelah 10.000 paket data
ditransmisikan. Protokol TKIP akan mengambil kunci utama sebagai
starting point yang kemudian secara reguler berubah sehingga tidak ada
kunci enkripsi yang digunakan dua kali. Background process secara
otomatis dilakukan tanpa diketahui oleh pengguna. Dengan melakukan
regenerasi kunci enkripsi kurang lebih setiap lima menit, jaringan WiFi
yang menggunakan WPA telah memperlambat kerja hackers yang mencoba
melakukan cracking kunci terdahulu.
Walaupun menggunakan standar enkripsi 64 dan 128 bit, seperti yang
dimiliki teknologi WEP, TKIP membuat WPA menjadi lebih efektif sebagai
sebuah mekanisme enkripsi. Namun, masalah penurunan throughput seperti
yang dikeluhkan oleh para pengguna jaringan wireless seperti tidak
menemui jawaban dari dokumen standar yang dicari. Sebab, masalah yang
berhubungan dengan throughput sangatlah bergantung pada hardware yang
dimiliki, secara lebih spesifik adalah chipset yang digunakan. Anggapan
saat ini, jika penurunan throughput terjadi pada implementasi WEP, maka
tingkat penurunan tersebut akan jauh lebih besar jika WPA dan TKIP
diimplementasikan walaupun beberapa produk mengklaim bahwa penurunan
throughput telah diatasi, tentunya dengan penggunaan chipset yang lebih
besar kemampuan dan kapasitasnya.
Proses otentifikasi WPA menggunakan 802.1x dan EAP (Extensible
Authentication Protocol). Secara bersamaan, implementasi tersebut akan
menyediakan kerangka kerja yang kokoh pada proses otentifikasi pengguna.
Kerangka-kerja tersebut akan melakukan utilisasi sebuah server
otentifikasi terpusat, seperti RADIUS, untuk melakukan otentifikasi
pengguna sebelum bergabung ke jaringan wireless. Juga diberlakukan
mutual authentification, sehingga pengguna jaringan wireless tidak
secara sengaja bergabung ke jaringan lain yang mungkin akan mencuri
identitas jaringannya.
Mekanisme enkripsi AES (Advanced Encryption Standard) tampaknya akan
diadopsi WPA dengan mekanisme otentifikasi pengguna. Namun, AES
sepertinya belum perlu karena TKIP diprediksikan mampu menyediakan
sebuah kerangka enkripsi yang sangat tangguh walaupun belum diketahui
untuk berapa lama ketangguhannya dapat bertahan.
sumber : www.ilkom.unsri.ac.id/deris/akademik/files/2009/jarkom_IF